Danpesan simbolik Syaikhona Kholil inilah yang telah menepis keraguan, kegamangan dan kegelisahan Kiai Hasyim untuk mendirikan NU. Buku Syaikhona Kholil Bangkalan bisa Anda dapatkan di Toko Buku Aswaja Surabaya | Hub. 0852.3161.2096 | 0896.2580.1256 Jual Buku Dialog Tasawuf Kyai Said | Toko Buku Asw Jual Buku Dialog Problematika Padasuatu sore di pinggir pantai daerah Bangkalan, Kyai Kholol hanya ditemani oleh Kyai Syamsul Arifin, salah seorang murid dan sahabatnya. Mereka membicarakan perihal urusan pesantren dan persoalan umat, tak terasa waktu sudah berlangsung lama dan matahari hampir terbenam. " kita belum solat Ashar kyai" kata Kyai Syamsul Arifin. Suatuhari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama: Mbah Kholil : "S Hinggasuatu ketika, terdapat isyarat dari gurunya yakni Kyai Kholil dari Bangkalan untuk mendirikan sebuah ormas yang mampu menjadi wadah bagi aspirasi umat Muslim di tanah air. Organisasi tersebut merupakan cikal bakal berdirinya NU (Nahdhatul Ulama). kemudian tamu itu menyampaikan pesan berupa surat. Entah apa isi surat itu, yang jelas Setelahdididik, orang tua Mbah Kholil kecil kemudian mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu. Mengawali pengembaraannya, Mbah Kholil muda belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan ia pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian ke Pondok Pesantren Keboncandi. Beberapasaat Kyai Kholil menjawab, "Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar," pesan kyai mantap. Kemudian kyai bertanya kepada tamu kedua: Banyak orang kesulitan mendapatkan informasi tentang kyai kholil bangkalan, . KH Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman. Sayid Sulaiman adalah cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah itu putera Sultan Umdatuddin Umdatullah Abdullah yang memerintah di Cam Campa. Ayahnya adalah Sayid Ali Nurul Alam bin Sayid Jamaluddin al-Kubra. KH. Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijriah atau 27 Januari 1820 Masehi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langsung oleh ayah Beliau. Setelah menginjak dewasa beliau ta’lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Khalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok-Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok-Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya. Sewaktu menjadi Santri KH Muhammad Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik Tata Bahasa Arab. disamping itu juga beliau juga seorang hafiz al-Quran . Beliau mampu membaca alqur’an dalam Qira’at Sab’ah tujuh cara membaca al-Quran. Pada 1276 Hijrah/1859 Masihi, KH Muhammad Khalil Belajar di Mekah. Di Mekah KH. Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani Guru Ulama Indonesia dari Banten. Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani. Beberapa sanad hadis yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi Bima, Sumbawa. KH. Muhammad Kholil Sewaktu Belajar di Mekkah Seangkatan dengan Asy’ari, Hasbullah dan KH. Muhammad Dahlan namum Ulama-ulama dahulu punya kebiasaan Memanggil Guru sesama rekannya, dan Kholil yang dituakan dan dimuliakan di antara mereka. Sewaktu berada di Mekah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, KH. Muhammad Khalil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu Syeikh Nawawi al-Bantani, Kyai Muhammad Khalil al-Maduri dan Syeikh Saleh as-Samarani Semarang menyusun kaidah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu. Kiyai Muhammad Khalil cukup lama belajar di beberapa pondok-pesantren di Jawa dan Mekah, maka sewaktu pulang dari Mekah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqih, thariqat ilmu-ilmu lainnya. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kiyai Muhammad Khalil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. KH. Muhammad Khalil al-Maduri adalah seorang ulama yang bertanggungjawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sadar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya. Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus persen memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristian. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut, tentunya Kiyai Muhammad Khalil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad Khalil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda kerana dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaan lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri. menambahkan, dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil, sapan KH. Kholill bersama kiai-kiai besar seperti KH. Bisri Syamsuri, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, mengerahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan tentara Sekutu. Hizib-hizib yang mereka miliki, dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar. Tak ketinggalan, Mbah Kholil mengacau konsentrasi tentara Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di saat ribuan ekor lebah menyerang, konsentrasi lawan buyar. Saat konsentrasi lawan buyar itulah, pejuang kita gantian menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan sederhana, kita bisa mengusir tentara lawan yang senjatanya super modern. Tapi sayang, peran ulama yang mengerahkan kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi, cucu KH. Wahab Chasbullah ini. Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri tidak perduli, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngloyor masuk rumah, ganti baju. Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil. ”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” papar yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini. Di antara sekian banyak murid Khalil al-Maduri yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah Asy’ari pendiri Pondok-Pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama / NU Kiyai Haji Abdul Wahab Hasbullah pendiri Pondok-Pesantren Tambakberas, Jombang; Kiyai Haji Bisri Syansuri pendiri Pondok-pesantren Denanyar; Kiyai Haji Ma’shum pendiri Pondok-Pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda Kiyai Haji Ali Ma’shum, Kiyai Haji Bisri Mustofa pendiri Pondok-Pesantren Rembang; dan Kiyai Haji As’ad Syamsul `Arifin pengasuh Pondok-Pesantren Asembagus, Situbondo. Karomah syehk Kholil Bangkalan Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia, Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh Al-Jazairi, Jawahirul Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja Murah Pekalongan, hal. 40]. Sementara ini ada dua kisah yang bisa saya cuplikkan yaitu 1. KISAH PENCURI TIMUN TIDAK BISA DUDUK Diantara karomah KH. Kholil adalah pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus menerus. Akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi, setelah bermusuyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Kiai Kholil. Sesampainya di rumah Kiai Kholil, sebagaimana biasanya Kiai sedang mengajarkan kitab nahwu Kitab tersebut bernama Jurumiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula. “Assalamu’alaikum, Kiai,” ucap salam para petani serentak. “Wa’alaikum salam “ Jawab Kiai Kholil. Melihat banyaknya petani yang datang. Kiai bertanya “Sampean ada keperluan, ya?” “Benar, Kiai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kiai penangkalnya.” Kata petani dengan nada memohon penuh harap. Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kiai kebetulan sampai pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta merta Kiai Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”. “Ya.., Karena pengajian ini sampai qoma zaidun’, ya qoma zaidun’ ini saja pakai penangkal.” Seru Kiai dengan tegas dan mantap. “Sudah, pak Kiai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda Tanya. “Ya sudah.” Jawab Kiai Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan penangkal dari Kiai Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Kiai Kholil. Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sis-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak. Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Kiai Kholil lagi. Tiba di kediaman Kiai Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Kiai kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun. 2. KISAH KETINGGALAN KAPAL LAUT Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Makkah, semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya “Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” ucap istrinya dengan memelas. “Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” jawab suaminya sambil bergegas di luar kapal. Setelah suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat. Disaat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat “Datanglah kamu kepada Kiai Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu !” ucapnya dengan tenang. “Kiai Kholil?” pikirnya. “Siapa dia, kenapa harus kesana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?” begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya. “Segeralah ke Kiai kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah.” Lanjut orang itu menutup pembiocaraan. Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Kiai Kholil, langsung disambut dan ditanya “Ada keperluan apa?” Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Kiai Kholil. Tiba-tiba Kiai berkata “Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!” Lalu suami itu kembai dengan tangan hampa. Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Kiai Kholil lalu bertanya ”Bagaimana? Sudah bertemu Kiai Kholil ?” “Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan” katanya dengan nada putus asa. “Kembali lagi, temui Kiai Kholil !” ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Kiai Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ke tiga kalinya, Kiai Kholil berucap, “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.” “Terima kasih Kiai,” kata sang suami melihat secercah harapan. “Tapi ada syaratnya.” Ucap Kiai Kholil. “Saya akan penuhi semua syaratnya.” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh. Lalu Kiai berpesan “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” pesan dan tanya Kiai seraya menatap tajam. “Sanggup, Kiai, “ jawabnya spontan. “Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Kiai Kholil. Lalu sang suami melaksanakan perintah Kiai Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal lalu yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal. “Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali” dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selam hidupnya. Terbayang wajah Kiai Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang alalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa. KH. Muhammad Khalil al-Maduri, wafat dalam usia yang lanjut 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah/14 Mei 1923 Masih Lembaga pendidikan pondok pesantren tidak hanya tempat belajar untuk memperdalam berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga menempa moral dan akhlak para santri murid. Dua hal penting tersebut sebagai bekal seseorang agar tetap mengedepankan perilaku baik kepada sesama meskipun berilmu tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Pola pembentukan akhlak itu tidak terlepas dari teladan mulia yang diberikan oleh guru kiai sesuai ajaran Nabi Muhammad sehingga bersemayam pada diri para santri. Akhlak baik yang diteladankan oleh para guru terdahulu nampak pada diri KH Muhammad Cholil Bangkalan dan KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Dua ulama penting dalam berdirinya Nahdlatul Ulama dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. KH Hasyim Asy’ari yang tidak lain adalah murid Kiai Cholil memiliki keilmuan tinggi di bidang hadits sehingga suatu saat Kiai Cholil tidak segan untuk belajar kepada muridnya itu. Sebuah riwayat mengungkapkan bahwa ketika mengajar ngaji kitab hadits, KH Hasyim Asy’ari belakangan baru tahu bahwa di tengah barisan santrinya terdapat KH Cholil Bangkalan sedang ikut mengaji. Ya, kepakarannya di bidang hadits diakui oleh gurunya itu. Bahkan Mbah Cholil tidak segan-segan berguru tentang ilmu hadits kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Setelah pengajian kitab hadits tersebut selesai, seluruh santri beranjak, begitu juga dengan Mbah Cholil Bangkalan. Pemandangan bersahaja dan tawadhu' terlihat, yakni ketika Mbah Cholil hendak meraih sandalnya. Namun, Kiai Hasyim Asy’ari berhasil mendahului untuk meraih sandal gurunya itu. Kemudian ia memakaikannya pada kedua telapak kaki Mbah Cholil dengan penuh rasa hormat. Riwayat lain yang dijelaskan KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq 2015 mengungkapkan, Kiai Cholil Bangkalan, kiai legendaris yang merupakan guru dari banyak ulama, seperti Kiai Ma’shum Lasem ayah dari Kiai Ali Maksum Krapyak, Kiai Wahab Chasbullah Jombang, Kiai As’ad Syamsul Arifin Situbondo, Kiai Bisri Syansuri Jombang, Kiai Munawwir Krapyak, dan termasuk juga Kiai Hasyim Asy’ari, mendatangi mantan muridnya ke Tebuireng, Jombang. Kunjungan ini mengejutkan Kiai Hasyim Asy’ari. Dalam tradisi pesantren, tidak ada istilah 'mantan santri'. Sampai akhir hayat, Kiai Cholil adalah guru bagi Kiai Hasyim. Untuk itulah segala hal dipersiapkan di Pondok Pesantren Tebuireng untuk menyambut tamu istimewa ini. Masalahnya, Kiai Kholil tidak sekadar berkunjung, melainkan ingin belajar kepada Kiai Hasyim yang memang sudah dikenal reputasinya sebagai ahli hadis—tidak hanya di Nusantara—melainkan juga di Asia. Begitu Kiai Cholil datang ke Tebuireng, beberapa santri segera diperintah Kiai Hasyim Asy'ari untuk mempersiapkan kamar khusus untuk Kiai Cholil. Namun, Kiai Hasyim tidak menyangka bahwa Kiai Cholil ingin menjadi santrinya. Kiai Cholil menegaskan bahwa kedatangannya ke Pesantren Tebuireng ingin menjadi santri sebagaimana santri yang lain. Kiai Cholil tidak ingin diistimewakan. Ia ingin bersama dengan santri-santri yang lain. “Di Pesantren Bangkalan, benar memang aku ini kiai kamu, kamu santriku, tapi di sini sebaliknya, kamu sekarang kiaiku dan aku ini santrimu,” tutur Kiai Cholil seperti dikisahkan Gus Muwafiq. Membayangkan Kiai Cholil yang merupakan gurunya sendiri akan tidur bersama para santrinya, tentu saja Kiai Hasyim tidak tega. Meskipun Kiai Cholil sudah mengeluarkan perintah jangan menganggapnya sebagai guru di Pesantren Tebuireng, tapi bagi Kiai Hasyim, mau di mana pun, Kiai Cholil adalah kiainya tidak peduli tempat atau tidak peduli status pada saat keduanya bertemu kali ini. Setelah berpikir keras, akhirnya Kiai Hasyim punya ide. Ia datangi kembali Kiai Cholil di kamarnya. Kiai Hasyim memahami prinsip kepatuhan seorang santri sehingga jika Kiai Cholil masih menganggap dirinya santri Kiai Hasyim ketika berada di Pesantren Tebuireng, maka segala perintah Kiai Hasyim harus dilaksanakannya. Akhirnya, Kiai Cholil mematuhi santri yang dianggap gurunya itu untuk pindah ke kamar khusus yang sudah disediakan, tidak bercampur lagi dengan santri-santri lain. Begitu juga dengan makanan dan cucian. Makanan Kiai Cholil akan diantarkan ke kamar, jadi Kiai Cholil tidak perlu ikut antre bersama santri yang lain. Cucian juga akan dicucikan, tidak perlu antri di kamar mandi. Langkah tersebut hanya cara Kiai Hasyim untuk memuliakan gurunya yang masih keukeuh ingin jadi santri Kiai Hasyim. Dengan kata lain, hal itu bukan permintaan seorang santri kepada kiainya, tapi perintah seorang kiai kepada santrinya. Mendengar penjelasan Kiai Hasyim itu, itu Kiai Cholil terkejut, lalu berdiri dan menuruti perintah guru’-nya. Tentang sosok Kiai Hasyim Asy’ari, gelar Hadhratussyekh pada dirinya menggambarkan bahwa kakek Gus Dur tersebut merupakan mahaguru, mahakiai. Bahkan, Muhammad Asad Syihab 1994 menyebut Kiai Hasyim dengan sebutan al-Allamah. Dalam tradisi Timur Tengah, istilah tersebut diberikan kepada orang yang mempunyai pangkat keulamaan dan keilmuan yang tinggi. Menurut catatan KH Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren 2013 202 yang didapatkannya dari para ulama alumnus Tebuireng, Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari—seperti kebanyakan ulama di Indonesia—termasuk golongan fuqaha. Artinya orang yang sangat dalam penguasaannya tentang ilmu-ilmu keislaman. Di samping itu, masih menurut catatan Kiai Saifuddin Zuhri, ia juga terkenal sebagai ulama ahli hadits. Sudah menjadi wiridan kebiasaaan rutin tiap bulan Ramadhan, Hadhratussyekh membaca kitab hadits al-Bukhari, kitab kuning berisi himpunan hadits Nabi Muhammad sebanyak hadits. Banyak ulama yang datang dari berbagai pelosok tanah air untuk mondok di Tebuireng selama bulan Ramadhan untuk menyimak bacaan hadits KH Hasyim Asy’ari. Kepakarannya terlihat bukan hanya ketika ia membaca kitab hadits dengan cermat dan cepat, tetapi juga ketika Hadhratussyekh mengontekstualisasikan dengan dinamika kehidupan dan perubahan zaman. Zuhairi Misrawi dalam Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan, Kebangsaan 2010 merupakan salah satu pemilik sanad Kitab Hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ini menunjukkan bahwa KH Hasyim Asy’ari telah hafal ribuan hadits yang diperoleh dari guru-gurunya dengan sanad keilmuan yang jelas. Geneologi atau sanad sebuah kitab tidak bisa diijazahkan kepada seseorang tidak menguasai dan memahami kitab tersebut. Perihal Kiai Hasyim Asy’ari yang telah hafal ribuan hadits ini ditegaskan oleh Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh 2019. Bahkan menurut Kiai Ubaidullah, kealiman Kiai Hasyim Asy’ari mendekati tingakatan seorang mujtahid. Mujtahid dapat dikatakan ialah orang yang -dengan ilmunya yang tinggi dan lengkap- telah mampu menggali dan menyimpulkan hukum-hukum Islam dari sumber-sumbernya yang asli seperti Al-Qur'an dan Hadits. Editor Abdullah Alawi Surabaya, NU Online Jatim Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dikenal sebagai tokoh karismatik dan keramat yang mempunyai peran besar terhadap kehidupan umat manusia. Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, KH Afifudin Dimyathi menjelaskan hal ini yang terbagi dalam tiga bagian, yaitu dalam bidang agama, pesantren, dan negara. Pertama, dalam bidang agama, Syaikh Kholil sebagai rujukan ulama Indonesia bahkan dunia serta menjadi penghubung ulama Indonesia dan Haramain. Disebutkan bahwa Syaikh Kholil berhasil melahirkan ulama sekaligus pemimpin besar dengan beragam keahlian. Dilansir laman NU Online, di antara muridnya ialah Kiai M Hasyim Asy’ari yang terkenal di bidang hadits, Kiai Wahab Chasbullah dalam pergerakan politik dan negara, Kiai Bisri Syansuri di bidang fiqih, dan Kiai Romli di bidang tasawuf. "Inilah kelebihan Syaikh Kholil dalam keilmuan agama yang didistribusikan kepada para santrinya," kata Gus Awis, sapaan akrabnya, saat menjadi pemateri dalam seminar nasional bertajuk Sejarah Turots Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan’, Senin 07/06/2021. Gus Awis menyebutkan, Syaikh Kholil sosok yang sangat peduli terhadap penyebaran ilmu keagamaan. Hal ini ditunjukkan dari tulisan Syaikh Kholil di berbagai bidang seperti tauhid, fiqih, nahwu-shorof, tajwid, tafsir, dan akhlak. Kedua, dalam dunia pesantren. Gus Awis menyatakan jaringan pesantren di Nusantara sebagian besar intisab ikrar kepada pesantren Syaikhona Kholil. Tidak hanya itu, berkat Syaikh Kholil hingga kini pesantren mampu bertahan di segala zaman meskipun menghadapi berbagai tantangan. Gus Awis juga mengungkapkan kontribusi Syaikh Kholil dalam mengembangkan kurikulum pesantren. "Sebelum tahun 1888 masehi kurikulum pesantren tidak ada yang mencolok. Namun, setelah ada karya Syaikh Nawawi, Syaikh Khotib Syambas dan Syaikh Mahfud Termas yang dibawa dan diajarkan Syaikh Kholil ke Indonesia menjadi desain baru pada kurikulum pesantren," jelasnya. Dalam merekatkan pesantren dan tasawuf, Syaikh Kholil intisab ikrar kepada Syekh Khotib Syambas melalui baiat Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandi dan bisa diterima di berbagai pesantren. "Ini menandakan bahwa tasawuf menjadi amaliah yang bisa diterima," ujarnya. Ketiga, peranan Syaikh Kholil dalam kehidupan negara banyak melahirkan santri yang menjadi pejuang bahkan ditetapkan menjadi pahlawan. "Secara langsung kita tidak bisa melihat perjuangan Syaikh Kholil dalam kemerdekaan tahun 1945 karena ia wafat tahun 1925. Tetapi, kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan sangat jelas dan nampak," ucap Gus Awis. Bukti otentiknya adalah tulisan tangan yang terekam dalam berbagai macam manuskrip Hubbul Wathan Minal Iman yang menunjukkan benang merah perjuangan Syaikh Nawawi Al Bantani saat mengecam penjajahan dan kolonialisme Indonesia kemudian dilanjutkan oleh Syaikhona Kholil. Syaikhona juga sangat memberi pengaruh kepada para muridnya termasuk ketika Soekarno dan Hos Tjokroaminoto datang ke kediaman Syaikh Kholil. Gus Awis mengisahkan, saat itu di hadapan Soekarno, Syaikh Kholil berkata bahwa Soekarno akan menjadi tokoh besar. "Ini menjadi mata rantai persambungan antara usaha Syaikh Kholil dalam mewujudkan kemerdekaan di negeri ini," pungkasnya. Currency Converter PHP Exchange Rates 1 PHP = QAR invert currencies From To Conversion Rate Buy/Sell QAR/PHP = Major Minor Exotic AED JPY ARS KRW AUD MAD BRL MXN CAD NOK CHF NZD CNY PHP 1 CZK PLN DKK RUB EUR SEK GBP SGD HKD THB HUF TRY ILS USD INR ZAR BHD MYR BOB NAD CLP NGN COP NPR DOP OMR EGP PAB IDR PEN IRR PKR ISK RON JMD SAR JOD TWD KES UAH KWD UYU LBP VES LKR VND AWG MGA BAM MKD BBD MUR BDT MVR BGN PYG BMD QAR BSD RSD BWP SCR FJD TND GHS TTD GMD UGX GTQ XAF KHR XCD LAK XOF MDL XPF Last Updated 6/16/2023 83710 AMLocale Historical Exchange Rates For Philippine Peso to Qatari Riyal 120-day exchange rate history for PHP to QAR Quick Conversions from Philippine Peso to Qatari Riyal 1 PHP = QAR PHPQAR ₱ 1QR ₱ 5QR ₱ 10QR ₱ 50QR ₱ 100QR ₱ 250QR ₱ 500QR ₱ 1,000QR ₱ 5,000QR ₱ 10,000QR ₱ 50,000QR 3, ₱ 100,000QR 6, ₱ 500,000QR 32, ₱ 1,000,000QR 64,

pesan kyai kholil bangkalan